Danau Toba Ke Indahan Yang Mendunia Di Tanah Batak

Entah udah berapa kali ku pergi mengunjungi kota Parapat yang lokasinya menjorok ke danau Toba, kotanya yang dingin dan juga pemandangannya yang indah membuatku sering kembali kesana untuk melepas penat dari semua rutinitas kerja.

Aku tinggal di kota Pematangsiantar kota kecil yang nyaman ini merupakan kota transit bila seseorang mau pergi ke danau Toba yang berasal dari kota Medan. Saya bangun pagi-pagi saat hari minggu dan bersiap segera berangkat menuju danau Toba dan rencanaku aku akan pergi sendiri dengan sepeda motor.

Aku kenakan baju sampai berlapis tiga supaya tidak kedinginan mengingat ini masih jam 6 pagi dan mentari masih belum terlihat jelas keluar dari tidurnya. Udaranya benar-benar dingin tapi perjalanan semakin asik melihat beberapa orang muda-mudi juga terlihat menuju ke danau Toba.

Jalan beraspal cukup mulus karena jalanan baru saja di perbaiki tapi bila sudah setengah perjalanan harus cukup waspada karena banyak jalan-jalan yang berlubang dan juga longsor akibat tanah yang sudah tidak bisa menahan lagi badan jalan yang kebanyakan berada di tepi jurang. Masih teringat kemarin di sana juga terjadi kecelakaan karena mini bus yang di tumpangi anak-anak sekolah yang bersiap menuju Parapat terperosok masuk ke jurang dan menjadi berita nasional karena hampir semua meninggal dan si sopir yang selamat di jadikan tersangka karena kelalaiannya.

Hutan hujan yang masih asri di sepanjang jalan menuju Parapat  masih bisa kita lihat. Ini juga berkat program go green yang di rencanakan secara berkala oleh pemerintah untuk tetap menjaga kelestarian hutan di sekitar danau Toba dan tidak di alih fungsikan menjadi perkebunan sawit yang telah melanda seluruh pelosok negeri di luar pulau Jawa yang telah merenggut hutan alami di seluruh Indonesia tanpa memperdulikan dampak lingkungan jangka panjangnya dan hanya peduli dengan keuntungan dari bisnis kelapa sawit, sebuah ironi negeri ini.

Perjalananpun terus berlanjut dengan motor bebek ku tembus kabut dan juga udara dingin sepanjang jalan mentari juga sudah mulai meninggi memberikan sedikit kehangatan di pagi hari pemandangan yang tak biasa berupa awan yang melintasi hutan-hutan yang berada di perbukitan yang begitu dekat denganku seperti sebuah mimpi.

Birunya air sudah mulai nampak dari kejauhan, Aku sudah dekat dengan kota Parapat. Sepanjang jalan menuju kota Parapat akan banyak kita lihat warung-warung pinggir jalan yang langsung menghadap ke danau Toba dan akupun memutuskan untuk singgah sebentar di salah satu warung tersebut sekalian untuk sarapan pagi dan juga istirahat sebentar.

Aku memesan mie gelas dan sambil duduk yang langsung menghadap ke danau Toba bener-bener pemandangan yang sungguh indah. belum lama duduk sudah kedatangan segerombolan monyet yang mencoba mencari makan dari para tamu yang singgah di warung ini, sejujurnya ku takut juga soalnya monyetnya ada yang besar-besar. Lebih baik menyingkir dari pada tiba-tiba lompat ke muka gue jadi berabee ahahahahahaa....

Masih belum terlalu banyak kapal feri yang terlihat berlalulalang biasa megantarkan para wisatawan yang ingin melihat batu gantung dari dekat. Ada beberapa warung di  pinggir danau Toba ini sebagai tempat untuk meliaht dengan jelas batu gantung yang terdapat di pinggir danau Toba ini. Aku sendiri sudah melihatnya hanya dari warung tersebut dan belum pernah mencoba untuk berkeliling dengan kapal feri.

Setelah perut terisi dan jepret-jepret ku langsung meluncur menuju ke pusat kota Parapat sekitar 10 menit udah nyapek. Di kota Parapat berjajar rumah makan dan juga penginapan, oh yaa bagi yang muslim harus perhatikan yaa karena banyak rumah makan khas batak yang menjual makanan-makanan yang mengandung b2 (babi).

Di Parapat ini juga banyak hotel dan toko souvernir yang bisa kita jumpai dengan mudah. Saya menuju bukit dimana terdapat sebuah rumah tempat pengasingan Ir. Soekarno karena dari situlah pemandangan danau Toba Sangat Indah di tambah cuaca cerah hari ini.

Pemandangan di bukit rumah pengasingan Ir. Soekarno yang langsung mennghadap ke Danau Toba.

Terlihat jelas Pulau Samosir  yang berada di tengah Danau Toba.

Banyak pohon Cemara yang tumbuh di bukit ini yang memberi kerindangan setiap pengunjungnya.

Kulihat pasangan muda-mudi sibuk berpose manja mengabadikan setiap momen dengan kamera digital maupun kamera hp, mereka bener-bener membuatku iri yang selalu menjomblo hahahahaha. Entah karena terlalu pagi atau gimana, tapi hari ini sangat sepi di sini gak seperti biasanya jalan-jalan tempat jualan souvenirpun juga terlihat lenggang.

Sebuah villa yang langsung menghadap Danau Toba

Lampu taman menjadi saksi bisu ribuan wisatawan yang telah datang taman yang berada di pinggir Danau Toba.

Perahu para wisata yang biasa membawa wisatawan keliling Danau Toba melihat batu gantung terlihat kosong tanpa penumpang.

Beberapa wisatawan lokal sibuk melihat-lihat souvenir yang banyak di jual di sekitar  tujuan wisata di Parapat.

Suasana tampak sepi di jalan yang menjajakan banyak souvenir khas Danau Toba.

Akupun juga sibuk dengan kameraku mengabadikan keindahaan panorama yang ada, mengingatku sebentar lagi akan meningglakan kota Siantar jadi gak boleh buang-buang waktu lagi. Akupun juga pergi ke pasar lokal yang ramai dengan kesibukan para pedagang dan juga pembeli. Melihat rutinitas mereka membuatku tersenyum kecil teringatku dulu juga sering pergi ke pasar megantarkan ibuku belanja.

Terlihat kesibukan penduduk lokal di pasar atau pajak dalam bahasa setempat.

Seorang inang-inang yang selalu lekat dengan kerudung kepalanya merupakan ciri khas masyarakat Batak.

Dengan motor aku keliling-keliling melihat danau Toba banyak orang yang bilang bahwa danau Toba tidak seperti dulu lagi sekarang airnya sudah tercemar karena banyaknya tambak-tambak ikan di danau serta sampah parawisatawan khususnya wisatawan lokal yang kesadaran untuk menjaga lingkungan danau yang sangat rendah dengan membuang-buang sampah begitu saja ke danau sehingga air danau mulai tercemar dan menjadi habitat tumbuhnya eceng godok yang begitu pesat yang sekarang menjadi masalah utama perairan di danau Toba.

Tentu saja semua berimbas ke masyarakat sendiri kota Parapat tidak lagi seperti dulu dan danau Toba mulai kurang diminati oleh para wisatawan asing andai berlibur ke danau Toba mereka memilih untuk menyeberang ke P. Samosir di daerah Tuk-tuk yang masih asri dan juga bersih. Kita masyarakat Indonesia memang sangat rendah akan kesadaran untuk menjaga lingkungan, yang jelas-jelas dampaknya akan kita terima sendiri yang berimbas pada perekonomian masyarakat kita sendiri.

Saya tidak mengerti orang asing justru peduli dengan lingkungan di danau Toba di bandingkan masyarakatnya sendiri, itu membuatku banyak belajar untuk lebih intropeksi diri dan memulai dari diri sendiri.

Masjid raya taqwa merupakan masjid terbesar di Parapat.

Sebuah Kenangan yang tak terlupakan di Danau Toba.

Pemandangan Di Kota Parapat.

Dua buah patung seakan mengucapkan selamat datang di kota wisata Parapat.

Oleh-oleh yang bisa dibawa dari Parapat adalah mangga parapat yang banyak di jual di pinggir jalan, rasanya sih gak jauh beda dengan mangga umumnya bahkan menurutku rasanya masih kurang dan satu lagi awas menurut pengalamanku banyak mangganya yang busuk jadi harus pandai-pandai memilih. Dan oleh-oleh yang lainnya yaitu kacang sihobuk yang juga banyak di jual di pinggir-pinggir jalan di Parapat bahkan di daerah Tobasa seperti Kota Balige banyak kita jumpai.