Danau Toba Dari Sebuah Lamunan Menjadi Sebuah Kenyataan
![]() |
Pesona danau Toba yang dulu merupakan sebuah angan dari cerita telah menjadi nyata |
Ketika ku duduk di bangku sekolah dasar (saya dulunya bersekolah di MI / Madrasah Ibtidaiyah) aku masih ingat ketika kelas 3 atau kelas 4 dalam buku Bahasa Indonesia pernah menceritakan tentang "liburan ke danau Toba". Di dalamnya juga menceritakan bahwa di tengah danau Toba terdapat pulau yang bernama Pulau Samosir, Sungguh begitu jelas membekas dalam ingatanku bahkan dalam waktu itu jugaku lamunkan "apakah suatu hari nanti aku akan pergi ke sana yaa..?? tanyaku dalam hati". Ini bukan lagi sebuah angan-angan melainkan sebuah realita perjalananku untuk menyelami budaya dan juga melihat kebesaran sang pencipta yang maha sempurna.
Di sinilah cerita ini dimulai ketika pulau jawa yang penuh sesak dan juga lapangan kerja yang sulit memaksaku yang hanya tamatan SMK ini harus bersusah payah mencari kerja mulai dari ikut pelatihan di ibu kota provinsi selama 8 bulan tanpa ada gaji dan hanya di kasih makan sekali dan uang trasportasi seharga segelas es cendol di pinggir jalan, selebihnya biaya untuk tempat tinggal, makan di tanggung sendiri, harapan sehabis pelatihan langsung dapet kerja naasnya cuman sebuah lembaran kertas entah buat apa.
Dan pada waktu di bulan Ramadhan itulah ku menerima sebuah panggilan bahwa aku diterima kerja, di perusahaan swasta di kota Medan-Sumatera Utara. Bisa dibilang inilah perjalananku sendiri meninggalkan kampung halaman dan saat itu ayahku sedang sakit keras, sulit untuk mengungkapkan semuanya karena perasaan telah bercampur aduk di dalam diriku entah begitu gelap dan sesak waktu itu.
Menuju kota Medan ku menggunakan bus dari kota tempatku yang langsung menuju Sumut. Di tiket tertulis jelas bus class executive walaupun faktanya bus ini begitu tidak nyaman dan juga sangat panas tidak jauh berbeda dengan bus ekonomi pada umumnya.
Walaupun seperti ini ku selalu nikmatin setiap perjalanan yang ku jalanin, entah kenapa bahkan hanya untuk tidurpun itu berasa sayang, ku seakan ingin melihat semuanya merekam setiap apa yang aku lihat dan menceritakannya suatu hari nanti kepada seseorang untuk saling berbagi.
Selama di perjalanan setelah keluar dari Jawa Timur bus akan transit kebanyakan sih dirumah makan dan harga makanannya bisa 3-5 kali lipat lebih mahal dari pada biasa di tempatku. Pertama kali memang membuatku tercengang apalagi bila sudah sampai Sumatera harga makan lebih tinggi lagi walaupun hanya nasi dan lauk apa adanya.
Akhirnya sampai juga di Sumatera ,setelah menyeberang dari pelabuhan merak sampailah ku ke lampung provinsi pertama di Sumatera ini. Perjalanan terus berlanjut di kursi bus yang semakin terasa panas dan juga badan yang sudah pegal di tambah lengket karena sudah hampir 2 hari tidak mandi.
Kiri kanan silih berganti pohon sawit dan juga karet yang terlihat tumbuh sepanjang jalan dan hanya di putuskan oleh perkampungan dan kemudian menyambung kembali. Di jalan yang berlumpur dan berlobang-lobang segede kolam ikan saya hanya bisa pasrah seperti di aduk-aduk seperti adonan kue di tambah di dalam bus terasa seperti teroven, sebenernya di langit-langit juga terdapat pendingin udaranya tapi baru terasa dingin bila tanganku ku dekatkan dekat lubang di mana udaranya keluar.
Saat sampai Jambi ku terkesima melihat rumah panggung dan juga kehidupan penduduknya yang terlihat sederhana. Di waktu sore mereka membawa handuk, selendang dan juga ember kecil menuju sungai untuk mandi, benar-benar membuatku semakin terpana sekaligus semangat melanjutkan perjalanan ini.
Bus berhenti di sebuah rumah makan ku tak tahu lagi dimana itu, akupun turun dan mencari bangku untuk duduk dan memesan makanan dengan lauk ikan nila entah kenapa ku memilih lauk ini. Ku mulai makan dan tidak berapa lama leherku berasa tercekek dan terasa sangat nyeri di dalam ku tak sengaja menelan duri ikan yang menancap di dalam tenggorokkan sungguh sakit menyiksa bukan main ku udah coba memuntahkanya tak juga keluar, justru air mata mulai bercucuran di barengi mata merah menahan sakit yang taktertahankan. Hampir setengah jam ku mencoba memuntahkannya dan tiba-tiba pemilik rumah makan mendatangiku dan memberiku beberapa pisang dan dia menyuruhku menelannya bulat-bulat, tapi dia juga menanyaiku " Kamu muslimkan dek?" ibu itu bertanya kepadaku "iya Bu" jawabku singkat sambil cengengesan menahan sakit, "ini makan pisangnya ya dek, baca bismillah dulu biar Allah mengasih kesembuhan" . Dengan perasaan malu saya mengikuti apa yang ibuk ini bilang dan jujur ini benar-benar bekerja dengan baik duri sudah tidak berasa lagi dan sayapun mengucapkan terimakasih dengan senyum yang di penuhi rasa malu dan juga terharu.
Perjalananpun berlanjut bus yang tadinya sudah sepi mulai terisi kembali dari penumpang yang menyetop bus di pinggir jalan tampak serombongan keluarga langsung naik bersamaan. Aku merasa kakiku tidak nyaman lagi karena terasa lembab juga telapak kakiku terasa perih sepatu yang sudah 4 hari ku pakai ini ku buka kulihat kakiku sudah pucat putih seperti kaki mayat yang mulai membusuk ku takut bila harus memakai sepatu lagi kakiku akan semakin parah lebih baik ku biarkan kakiku kering terlebih dahulu. Ku kaget kernet bus tiba-tiba mengendus-endus mencoba mencari bau tak sedap yang tiba-tiba muncul dan dengan pandangan tajam dia langsung bertanya padaku "bau apa ini?" dengan pelan ku jawab "Bau sepatuku sudah 4 hari tidak di cuci", sang kernet langsung berbicara dengan bahasa batak ke pada sopir bus dan setiap orang semua menujukan pandangannya kepadaku, serta berucap dengan bahasa yang tak kumengerti, bapak tua yang duduk di kursi sebelah, aku dengar memakiku, ku hanya terdiam membisu merasa malu, dan juga pilu apakah ini pertanda bahwa perjalananku ini tidak direstui atau nasibku akan buruk di sini.
Sebenernya ku sudah mulai tidak tahan di dalam bus ini dan ingin segera turun bahkan terlintas dalam pikiranku untuk kembali pulang saja ke jawa gara-gara ini tapi ini udah hampir tengah malam dan justru sekitar jam 2 pagi ku turun di sebuah kota kecil yaitu kota Limapuluh, aku hanya sendiri berjalan terseok-seok munuju gubuk yang berada di pinggir jalan. Menunggu seseorang menjeputku-seseorang yang telah menelponku dari tadi dan dialah yang menyuruhku untuk berhenti di sini di kotak sepi yang sekalipun tak pernah ku dengar namanya. Aku kira akan berada di kota Medan ternyata kota tempatku bekerja bukanlah Medan melainkan Kota Pematangsiantar.
!Horas! itulah slogan yang sering terlihatku di kota ini, Selamat datang di Siantar, dari sinilah aku tahu bahwa danau Toba ternyata cukup dekat dengan jarak tempuh sekitar 45 menit-1 jam. "Nanti jalan-jalan kita ke Parapat danau Toba naik Kereta" kata salah satu teman kerjaku, "Naik kreta" langsung kubayangkan wah gila bukannya danau itu biasanya di daerah yang berbukit-bukit seperti daerah pegunungan gimana yaa buat relnya apa hampir rata-rata dibuat jembatan layang gitu, dengan tiang pancang setiap jarak tertentu, ku bener-bener gak bisa habis pikir, kawanku memperjelas "kreta itu sepeda motor di sini bilangkannya kreta" kawanku menjelaskannya padaku dengan ketawa "oalah sepeda motor ternyata".
"Abang mau ke Parapat kau mau ikut?" sepasang mata sipit menatapku "tentu saja bang" . Dengan sepeda motor kantor perjalanan ini akan kami tempuh. Kawanku bener-bener mengebut, terus terang ku takut di bonceng ia, di tambah lagi tadi hampir nabrak motor yang berada di depan kami yang terjatuh akibat mobil yang di depan berhenti secara tiba-tiba, di tambah jalanan menuju Parapat sungguh bekelok-kelok dan banyak lubang-lubang plus truk dan bus silih berganti memenuhi badan jalan.
![]() |
Jalan menuju danau Toba masih asri dengan hutan hujan tropis . |
"Brrr dinginnya!!!" keluhku ketika kami melawati jalan yang kiri kanannya ditumbuhi hutan pinus yang menjulang tinggi. Mataku langsung tertuju biru air yang sangat luas apakah itu laut ternyata bukan itulah danau Toba, aku tak menyangka bahwa danau Toba itu seluas ini bahkan menurutku itu lebih mirip laut saking luasnya dan nampak jelas juga di tengahnya terdapat pulau Samosir aku kira pulau Samosir itu kecil ternyata sangat luas.
![]() |
Pohon menjulang tinggi sepanjang jalan ke banyakan pohon di dominasi oleh pohon pinus. |
Ku masih tak percaya apa yang dulu hanya sebuah angan-angan yang berupa lamunan dari cerita buku Bahasa Indonesia sekolah dasar sekarang telah menjadi kenyataan. Inilah danau Toba yang terdapat dalam cerita si Mila " Liburan ke Danau Toba" bukan lagi sebuah cerita melainkan sebuah realita yang berada di depan mata.
Walaupun saya tidak lama di Parapat untuk menuntaskan sedikit pekerjaan dan hanya sekedar lewat mengagumi keindahan alam danau Toba tapi saya sudah sangat senang dan pasti aku akan kembali kesana lain kali.
Nice Experience... Jd merinding baca ceritanya... heheheh
ReplyDeleteDanau Toba Indah, dan semoga akan selalu indah sampai kapanpun... :)