Jendela backpacker Absolute Gembel


Hari minggu pada pagi buta atau lebih tepatnya masih tengah malam saya terbangun untuk melihat acara dunia binatang, sungguh saya terpukau dengan setiap binatang yang ditayangkan begitu indahnya momen itu. Para binatang hidup bebas di tempat yang begitu indah, dan saya begitu terpukau bila melihat kehidupan lautan yang begitu asing dalam benak kecil saya. Apakah itu surga saat ribuan ikan-ikan kecil berenang di sekeliling penyelam dan matahari dengan indahnya menembus lautan biru seperti sinar mentari yang masuk menyelinap di balik jendela. Saya berkata dalam hati suatu saat apakah saya akan melihat itu, dan momen itu akan saya alami sambil mata berbinar entah perasaan apa yangku rasakan begitu sulit untuk diungkapkan atara takjup sedih dan juga merinding melihat itu semua. Tapi jaman sudah berputar saat saya beranjak dewasa semua seperti menghilang entah impian kecil itu pergi kemana dan saya tidak merasakannya lagi. Semua hanya dikejar zaman yang semakin menuntut masyarakat kearah modernisasi dan hanya mementingkan materialistik. Seperti kebanyakan orang pada umumnya saya juga ikut bersaing maupun berlomba-lomba untuk ikut andil dalam era globalisasi ini untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih mapan dengan pekerjaan yang dipandang dimasyarakat. Saya sudah mengikuti pola yang telah dibuat masyarakat modern ini sekolah dari TK-SD-SMP sampai akhirnya SMA walaupun aku tidak pernah mengenyam bangku kuliah tapi aku sudah merasa cukup, bahkanku tidak tahu apakah aku membutuhkan lebih dari itu. Sejak kecil saya selalu di hantui rasa paranoid dengan semua nilai jelek dan juga tugas yang entah tak terhitung banyaknya, saya hanya mengikuti pola di dalam masyarakat dan mengubur mimpi kecil ini dengan mencoba dengan hal lain seperti sebuah cita-cita pada umumnya , yaa tentu seperti mereka hal yang mainstream yang penting hidup dalam berkecukupan. Setelah lulus SMK pada tahun 2010 diri saya mulai terbentuk dan akhirnya saya akan meninggalkan rumah menuju ibu kota provinsi Jatim "Surabaya". Disana ku dan teman-teman mencoba untuk melamar pekerjaan di sebuat perusahaan BUMN dalam bidang perkapalan dan juga rekayasa engineering. Dan akhirnya kami diterima walaupun faktanya bukan untuk bekerja melainkan untuk memperoleh pelatihan kerja selama 8 bulan dengan biaya makan dan tempat tinggal sendiri, sungguh menyedihkan bukan dapet duit justru buang duit entah kenapa kami sepakat dengan perjanjia itu, dan disinilah awal kata gembel ini muncul dan sering terucap sebagai candaan kami atas nasib kami hahahaha. Hanya berbekalan uang pas-pasan kami tinggal ditempat kos yang panas beratapkan seng dan kamar ini merupakan bekas garasi mobil yang mobilnya sudah dijual pemiliknya. Sungguh sangat panas saat mentari sudah bersinar atap seng seperti ini sungguh sempurna membuat kamar ini menjadi oven anak kampung seperti kami hahahahaha, di tambah lagi udara surabaya yang begitu panas dan tambah panas lagi karena kami tinggal di daerah dekat pantai, peluh mengucur deras pada setiap badan ini huhh.. panase poll.. kata kawanku dalam bahasa jawa, dan ku hanya terkekehkekeh.. dengan penderitaan yang sama. Seperti umumnya anak kos kami hanya makan seadanya atau bisa dibilang udah naas hanya dengan sugunduk nasi yang dimakan dengan sambal kacang ataupun hanya dengan kecap, ku tengok sikawan makan dengan volume nasi yang segunung hanya berlaukkan sambal kacang kering sungguhku hanya bergeleng-geleng kepala, jiwaku benar-benar benrontak melihat semua ini tapi yah beginilah namanya cari pengalaman yo sabar waelah!!.

Penderitaan kami tidak berakhir di situ saat malam menjelang jutaan nyamuk seperti menyerang dari penjuru arah yang tiada habisnya bahkan memejamkan mata bukanlah hal yang mudah di sini. Dengungan nyamuk selalu terdengar dan suara paak, puuk, peek selalu bergantian saling mengiringi hingga pagi menjelang barulah bisa tidur nyenyak saat para nyamuk ini sudah terkenyangkan laparnya dengan darah kami, sungguh bagiku surabaya tiada enaknya. Ayok.. gembel meneh mulut kawanku berucap dan yang lain menyahut gembel dek gubeng opo semut hahahaha, gembele pasiran ki ahahahaha tawa kami langsung meledak tuk menghibur diri sendiri dengan mengejek diri sendiri. Waktu terus berlalu dan 8 bulan akhirnya telah terlewati dan kami tidak juga kunjung di berikan pekerjaan dan akhirnya kami pulang dengan dua buah lembaran yang berisikan sertifikatt pemagangan di perusahaan tersebut bahkan aku tidak tahu untuk apa 2 buah lembar kertas ini sedangkan di dalam tasku masih banyak lembaran-lembaran kertas yang berisikan angka yang kudapat dari 12 tahun aku sekolah di tambah lagi 2 tahun di waktu TK jadi genaplah 14 tahun dan ditambah lagi ini, genapkan menjadi 15 tahun, sungguh sulit kupercaya bahwa ku menghabiskan umurku hanya untuk lembaran kertas ini dan aku tidak tahu apakah aku benar-benar membutuhkannya. Pulang itulah akhir cerita di kota hiyu dan buaya ini, rumah adalah tempat yang nyaman dalam benakku tiada ruangan seperti oven yang panasnya menguras keringat maupun nyamuk yang tiada habisnya menghisap darah kami, tapi fakta selalu berbeda dengan angan-angan, dewasa memaksa dirimu harus belajar untuk mandiri, sungguh waktu itu adalah salah satu hari-hari yang paling sulit dalam hidupku, semua problematika bercampur aduk jadi satu hingga ayahku sakit dan aku tinggalkan untuk merantau ke sumatera saya merasa berdosa untuk itu, sungguh begitu sulit aku tidak percaya ini semua realita dalam hidupku, saya hanya mengira bahwa cerita-cerita pilu dan sedih hanya akan kutemukan dalam sinetron dan tidak pada dunia nyata, tapi semakin ku dewasa semakin ku tahu bahwa dunia ini lebih keras dari pada bayangan ku di tanah batak ini ku belajar banyak hal dan di tanah batak inilah ku menemukan mimpiku kembali melalui seorang yang juga mencintai dunia traveling dan berani keluar dari zona nyaman sungguh dia sangat memukau saya walaupun dia memiliki kondisi yang lebih menguntungkan dari padaku dan di sinilah saya mulai berpikir untuk mengejar mimpi itu dari pada mengikuti pola hidup yang sudah-sudah yang telah dilewati orang-orang sebelumku, dari buku perjalan maupun film mebuat semagatku membara dan melangkah pasti bahwa inilah jalan hidup yang kupilih bukan sebuah hobi melainkan jalan hidupku yang kusebut absolut gembel untuk belajar dari masyarakat dan juga alam dan budaya.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Post a Comment